Review Perbandingan Artikel Jurnal Ilmiah “Linguistik Arab / Indonesia”

 

 

Review Perbandingan Artikel Jurnal Ilmiah “Linguistik Arab / Indonesia”

 

Fauzi Hidayatulloh                        Eka Eria Trisna

B0520025                                           B0520019

 

 

Jurnal 1

 

Judul                                                     :  Kajian Linguistik, Non Linguistik, Sosio-Kultural

 

 

   Terhadap Problematika Pembelajaran Bahasa

   Arab

Penulis                                                 : Hidayatulloh

Nama Jurnal                                      : Jurnal Linguistik Arab/Indonesia

Halaman                                              : 4

Website                                               :

                                 https://prolematikabahasaarab.blogspot.com/2021/10/review-

artikel-problematika.ht

 

 

Fauzi Hidayatulloh

B0520025

 

Pendahuluan

 

             Keresahan ketika menjadi pembelajar bahasa arab yang tak mudah untuk melewati masa-masa tersebut. Kurang lebih sudah tiga semester saya menjalani perkuliahan di Sastra Arab, akan tetapi tidak banyak yang bisa saya dapatkan. Tentu ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam keberjalanan proses belajar-mengajar. Diantaranya karena sebagian mahasiswa, bahkan hampir mencapai 60% yang memasuki prodi Sastra Arab di UNS pada tahun 2020 lalu adalah lulusan dari SMA yang tidak memiliki basic bahasa arab yang baik. Setelah beberapa survey dari temen-temen, fakta yang saya dapatkan adalah mereka mahasiswa yang memasuki Sastra Arab tanpa memiliki basic bahasa arab yang kuat, karena mereka tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di pesantren, akan tetapi beberapa dari mereka memiliki kesempatan belajar Al-Qur’an di berbagai pergerakan atau dikomunitas yang ada. Sebagian yang lain mereka memiliki kesempatan belajar di Ma’had Tahfidz.

               Mereka ketika belajar Al-Qur’an tertarik untuk mempelajari bahasa arab, sehingga diharapkan nanti paham terhadap bahasa Al-Qur’an. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya mereka memilih jalan pintas untuk belajar bahasa arab di universitas. Akan tetapi ini adalah bukan sebuah solusi yang akan menjamin 100% bisa menjawab permasalahan tersebut.

                  Asumsi saya memilih jurnal ini diharapkan bisa menjawab permasalahan tersebut, tentu karena masalah tersebut masuk dalam kategori problematika pembelajaran bahasa arab.

 

 

Landasan teori

 

Adapun pembahasan dalam artikel tersebut meliputi : Problematika, Pembelajaran Bahasa Arab, Linguistik, non Linguistik, Sosio-Kultural

 

a.        Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu belajar dan mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lainnya.

 

(1)  Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan sebagainya. Sedangkan pengertian lain menyebutkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam buku yang lain Oemar Hamalik menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan”. Lebih lanjut Sardiman mengatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Perubahan perilaku

dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:

        Pertama. Kesiapan (readiness): yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu, khususnya kegiatan belajar mengajar.

        Kedua. Motivasi: yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

        Ketiga. tujuan yang ingin dicapai

 

Sedangkan belajar bahasa Arab merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Fungsi bahasa Arab dalam Islam tampak dalam kegiatan-kegiatan peribadatan seperti lafaz sholat, adzan, iqomah dan lain-lain. Karena sifatnya yang ritual maka lafaz-lafaz tersebut harus diucapkan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.

 

(2)  Pengertian Mengajar

Seiring dengan perkembangan zaman, definisi mengajar dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini ada beberapa definisi tentang mengajar yang dilontarkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya adalah: Menurut pandangan William H.Burton, dkk: “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun menurut Nana Sudjana pada hakikatnya “mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya atau usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan merekayasa lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian pengajaran menurut Sastra Widjaja, pengajaran adalah “suatu usaha mengubah seseorang agar ia dapat berperilaku tetap dimana usaha mengubah itu dilakukan secara terkendali”. Sedangkan Ahmad Rohani menjelaskan bahwa pengajaran adalah “totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up”. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa konsep pengajaran adalah upaya seorang guru secara menyeluruh dan terorganisir dalam proses belajar mengajar mulai dari perencanaan hingga evaluasi untuk mencapai perubahan tingkah laku peserta didik.

 

(3)  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik, Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi

 

b.       Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab dimulai dari pertama kali pada abad ke – 17, ketika bahasa Arab mulai diajarkan di Universitas Cambridge Inggris, sementara di Amerika serikat, perhatian terhadap bahasa Arab dan pembelajarannya baru dimulai pada tahun 1947 di sekolah – sekolah tentara Amerika. Di Mesir, banyak pusat pembelajaran bahasa Arab, diawali dengan adanya proyek pengembangan bahasa Arab yang dilengkapi dengan perencanaan dan pengembangan materi-materinya. Pembelajaran Bahasa Arab bagi non Arab merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari, karena urgensi Bahasa Arab bagi masyarakat dunia saat ini cukup tinggi baik bagi muslim ataupun non muslim. Hal ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pembelajaran bahasa Arab diberbagai Negara antara lain: Lembaga Radio Mesir, Universitas Amerika di Mesir, Institut Kajian Keislaman di Madrid Spanyol, Markaz Khurtum di Sudan, LIPIA di Jakarta, Yayasan al-Khoir milik Emirat Arab yang tersebar di Indonesia masing-masing di Surabaya, Bandung, Makasar, Malang, Solo, dan di pondok Pesantren yang tersebar di Indonesia. Banyak alasan kenapa orang non Arab mempelajari bahasa Arab, seperti dikemukakan oleh Rusydi Ahmad Thu’aimah antara lain:

        Motivasi Agama terutama Islam, karena kitab suci agama Islam berbahasa Arab, tentunya untuk menggali kajian-kajian ilmu yang terdapat dalam al-Quran atau kitab –kitab yang berbahasa Arab, terlebih dahulu harus paham bahasa Arab, oleh sebab itu perlu dipelajari.

        Orang non muslim akan merasa asing kalau berkunjung ke jazirah Arab yang biasanya berkomunikasi dengan bahasa Arab baik Fusha atau ‘Amiyah.

        Banyak karya Ulama-ulama Klasik yang berbahasa Arab diberbagai disiplin ilmu, yang mempunyai kualitas ilmiah yang sangat tinggi.

 

c.       Problematika Linguistik

Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiri sebagai bahasa Asing. Problema yang datang dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran bahasa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi. Sedangkan problematika yang muncul dari siswa dalam belajar bahasa Arab adalah pengalaman dasar latar belakang sekolah, penguasaan mufradhat (pembendaharaan kata), dan akibat faktor lingkungan keluarga akibatnya mereka mengalami kesulitan untuk memahami bacaan-bacaan serta tidak mampu menguasai bahasa Arab secara

utuh baik dalam gramatika maupun komunikasinya

 

d.       Problematika Non Linguistik

Problematika Non Linguistik ini adalah probleblematika yang muncul diluar zat bahasa itu sendiri, hal ini bisa dilihat dari beberapa unsur, diantaranya:

        Guru / Pendidik yang kurang memiliki kompetensi sebagai pengajar Bahasa Arab, baik kompetensi paedagogik, profesional, personal atau Sosial.

        Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi kuat dalam pembelajaran bahasa Arab, atau latar belakang peserta didik dalam pemahaman bahasa Arab.

        Materi ajar yang kurang relevan lagi dengan kebutuhanyang ada bagi peserta didik.

        Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan mendukung dalam proses pembelajaran bahasa Arab.

 

Sebagai sosio-kulturil bahasa Arab sudah tentu berbeda dengan sosio-kulturil bangsa Indonesia. Hal ini menimbulkan problem pula sehubungan dengan pembelajaran bahasa Arab. Karena akibat perbedaan sosio-kulturil tersebut, maka antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan antara lain ungkapanungkapan, istilah-istilah ataupun nama-nama benda. Problem yang mungkin timbul adalah ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, dan nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan cepat dipahami pengertiannya oleh pelajar Indonesia yang belum mengenal sedikitpun segi sosio-kulturil bahasa Arab. Untuk mengatasi problematika ini perlu diusahakan penyusunan materi pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kulturil bangsa Arab. Tentu saja, materi tersebut harus berhubungan dengan praktek penggunaan bahasa Arab. persoalan ini dianggap sangat penting, karena bagaimanapun wawasan dan pengetahuan sekitar sosio-kultural jazirah Arab akan dapat mempercepat pemahaman pelajar bahasa Arab tentang makna dan pengertian berbagai ungkapan, istilah dan nama benda yang kas bagi bahasa Arab, secara umum, istilah tersebut tidak memiliki persamaan dalam bahasa Indonesia, namun apabila telah mengenalnya akan bias menempatkan dalam situasi yang tepat.

 

             Kelemahan atau kekurangan artikel belum bisa membahas metode yang baik ketika ada mahasiswa yang masuk jurusan sastra arab akan tetapi belum memiliki basic bahasa arab yang baik.

 

             Masukan atau rekomendasi sebagai jawaban dari kekurangan artikel dicantumkan bagaimana ketika menghadapi permasalahan mahasiswa yang belum memiliki basic bahasa arab yang baik.

 

             Apresiasi dan keunggulan terhadap artikel sangat direkomendasikan untuk membaca artikel ini, sehingga sedikit demi sedikit kita tau sejauh mana problematika pembelajaran bahasa arab yang sedang dihadapi, lalu kita bisa merumuskan solusi dari permasalahan tersebut.

 

             Artikel ini ditujukan kepada tenaga pendidik baik guru, ustadz maupun dosen yang mengampu pelajaran atau mata kuliah bahasa arab.

 

Daftar pustaka

 https://prolematikabahasaarab.blogspot.com/2021/10/review-artikel-problematika.ht

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jurnal 2

 

 
 


Judul                                                     : Makna Linguistik Arab pada Era Klasik

Penulis                                                 : Eria Trisna

Nama Jurnal                                      : Jurnal Linguistik Arab/Indonesia

Halaman                                              : 6

Website                                               : https://link.medium.com/Qkx2mmVKlkb

 

 

 

Eka Eria Trisna

B0520019

 

 

A. Pendahuluan

 

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji teori makna dalam struktur linguistik Arab yang dikaji oleh para komentator era klasik. Pada era klasik, kajian yang menjadi konsentrasi kajian al-Qur’an adalah pemahaman makna al-Qur’an dengan pendekatan linguistik Arab. Untuk mendapatkan makna yang ideal dari ayat-ayat Alquran mereka memperhatikan irab (tata bahasa Arab). Mereka concern di bidang kritik bahasa melalui pendekatan gramatikal, stilistika, dan semantik. Teori makna pada zaman klasik didukung oleh berbagai karya ahli bahasa Arab klasik berjudul Ma’ānī al-Qur’an, al-Farra’, al-Kisā’, al Zajjj dan al-Nahḥās. Karya-karya ini sangat signifikan dalam pengembangan teorisasi makna dari sudut pandang struktur bangunan (bahasa gramatikal). Teori makna juga didukung oleh kajian stilistika (gaya bahasa /uslūb). Kajian stilistika al-Qur’an dalam teori makna diperkuat oleh al-Já hiz dan al-Jurjān dalam karyanya masing-masing. Teori makna terakhir dapat ditemukan dalam studi semantik Al-Qur’an. Kajian ini dianggap sebagai metode yang ideal dalam mengungkap makna bahasa Al-Qur’an. Kajian semantik al-Qur’an didukung oleh teori al-wujuh wa al-nazair dan siyaq (konteks makna bahasa). Kajian Wujuh dan Nazair merupakan metode memahami pesan makna yang dimiliki oleh ayat-ayat ayat Al-Qur’an, pernah dipelajari oleh Ibn al-Jauz. Sedangkan siyâq merupakan indikator yang digunakan dalam menentukan makna yang diinginkan oleh mutakallim, hal ini telah dipelajari oleh Ibnu Daqiq al ‘Id.

 

 

B. Kajian Al-Qur’an dan Linguistik Arab Masa Klasik

 

Al-Qur’ann turun menggunakan kosakata yang dipergunakan oleh  masyarakat Arab, kendati sifat Al-Qur’an sangat nampak berbeda dengan sifat bahasa Arab yang biasa dipergunakan oleh komunitas Arab. ketika Al-Qur’an diturunkan, Bahasa Arab yang digunakan komunitas Arab pada waktu itu merupakan bahasa yang disusun oleh mereka dengan pelbagai sifat-sifatnya.                 Sementara, bahasa Al-Qur’an yang berbahasa Arab adalah kalam Allah, yang serupa pada tataran kefasihan dan keindahan sastranya.

 

Aspek-aspek kajian bahasa Arab yang sangat bervariasi dalam mendekati makna Al-Qur’an inilah yang menjadi titik fokus oleh para mufassir era klasik atau abad pertama dan paruh kedua abad kedua hijriah.

Memang sangat wajar apabila para penafsir masa klasik menekankan penafsirannya pada aspek kebahasaan (linguistik) menimbang era tersebut memang baru maraknya kajian linguistik Arab dan munculnya para pakar linguistik Arab dari berbagai aliran.

 

Perbedaan corak linguistik masing-masing kota ini disebabkan oleh geografis masing-masing, sehingga hal ini menyebabkan perbedaan dalam cara berpikir tokoh ahli linguistik Arab (ilmu nahwa atau gramatikal Arab) dalam menyelesaikan permasalahan bahasa Arab

 

Aliran Basrah dan Kufah merupakan dua aliran (mazhab) yang paling berpengaruh dalam linguistik Arab, hal ini disebabkan keduanya memerankan independensi dan otoritas yang tinggi.

 

 

C. Teori Makna dalam Gramatika bahasa Arab

 

Beberapaa tokoh bahasa Arab era klasik dari aliran Basrah adalah abu Al Aswad Al duali peletak dasar kajian ilmu Nahwu (gramatikal Arab), Sibawih ahli bahasa Arab klasik membicarakan persoalan fonetik dalam karyanya yang berjudul Alkitab.

 

Para tokoh linguistik Arab dari aliran kufah adalah abu Jafar Al Ruasi, Iya merupakan tokoh bahasa Arab pertama dari basroh yang berhasil menyusun kitab tentang tata bahasa Arab, yang kitab nya diberi nama Al Faishal.

 

Dalam kitab tersebut sibawaih yakin bahwa Alquran merupakan rujukan yang paling lengkap dalam kajian linguistik Arab secara umum dan sintaksis Arab secara khusus.

 

Pada era klasik para tokoh pengkaji Al-Qur'an bergumul melakukan upaya-upaya dengan pendekatan struktur makna sebuah lafal dalam gramatikal bahasa untuk memahami makna Al-Qur’an.

 

Karya-karya tokoh ahli bahasa tersebut bukan saja mengolah struktur dalam kalimat Al-Qur'an akan tetapi juga mengkonsep adanya kemungkinan peralihan makna dalam sebuah kosakata yang dapat berkontribusi pada pengaruh perubahan makna dalam pengkajian ini dimungkinkan pula adanya peralihan makna kosakata pada makna lain yang bisa dipengaruhi oleh struktur kata dalam sebuah kalimat.

 

D. Teori Makna dalam Stilistika Al-Qur’an

 

Dalam realitas sejarah penafsiran klasik para tokoh di bidang linguistik Arab telah banyak menyusun karya karya di bidang gaya bahasa Al-Qur’an atau yang biasa dinamakan dengan stilistika Al-Qur’an. Sehingga langkah pertama dari gaya bahasa adalah penentuan serangkaian makna kemudian memilih metode yang sesuai dengan penggabungan pelbagai kosakata sehingga dapat menyampaikan pemikiran yang ada dalam benak orang yang bertutur.

 

Model kajian gaya bahasa atau stilistika adalah peralihan makna dalam sebuah kosakata.

Sebagian pakar yang lain menjelaskan bahwa semantik bukannya kajian tentang makna kata namun juga merambah pada bidang kajian berbagai aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga kajian ini berhubungan dengan ilmu lain seperti filsafat psikologi dan antropologi.

 

E. Teori Makna dalam Semantik Al-Qur’an

 

Dalam kajian makna Al-Qur'an semantik dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk menyingkap makna bahasa dan pencairan perubahan makna.

 

Dalam kajian Al-Qur'an semantik juga erat hubungannya dengan ilmu munasabah , Al wujuh wa Al nazair, siyaq dan ilmu lain yang berkaitan dengan hubungan penyusunan kata dengan makna.

Pada era klasik diantara kajian yang menjadi konsentrasi para tokoh pengkaji Al-Qur’an adalah pemahaman makna Al-Qur’an dengan  pendekatan linguistik Arab. Lebih spesifik lagi mereka mencurahkan perhatian pada i’rab (gramatika bahasa Arab) untuk mendapatkan pemahaman makna ayat. Pada masa klasik ini bermunculan secara masif, para pengkaji al-Qur’an yang concern dalam bidang kritik bahasa untuk mendapatkan makna ideal dari ayat al-Qur’an, melalui pendekatan gramatika, stilistika maupun semantik. Kajian linguistik makna Al-Qur’an.

 

Masa klasik ditopang dengan maraknya aliran linguistik Arab, terutama mazhab Basrah dan Kufah teori makna pada masa klasik ditopang dengan pelbagai karya para pakar linguistik Arab klasik yang berjudul Ma‘ānī al-Qur’ān. Karya-karya ini sangat signifikan dalam perkembangan teorisasi makna dari sudut pandang struktuk bangunannya (gramatikal bahasa). Setidaknya ada 4 (empat) karya berjudul Ma’ānī Al-Qur’ān pada era klasik ini. Ma‘ānī Al-Qur’ān karya al-Kisā’ī, karya al-Farrā’, karya al-Zajjāj, dan karya al Naḥḥās. Teori makna juga ditopang oleh kajian stilistika al-Qur’an masa klasik. Al-Khiṭṭābī dalam karyanya Bayān I’jāz Al-Qur’ān menjelaskan tentang gaya bahasa (stilistika/uslūb) yang digunakan al-Qur’an dalam menentukan makna yang dikehendaki oleh penuturnya (Allah). Kajian stilistika Al-Qur’an dalam teori makna ini juga dikuatkan al-Jāhiz dan al-Jurjānī dalam karya mereka masing-masing.

 

Sedangkan, teori makna yang terakhir juga dapat ditemukan dalam kajian semantik. Kajian ini dianggap sebagai metode ideal dalam menyingkap makna bahasa Al-Qur’an. Kajian Al-Qur’an semantik erat hubungannya al-wujūh wa al-naẓāir dan, siyāq (konsteks makna bahasa) Kajian Wujūh dan naẓāir merupakan metode memahami pesan makna yang dimiliki oleh kosa-kata ayat Al-Qur’an, kajian ini pernah diperdalam oleh Ibnu al-Jawzī dalam karyanya Nuzhat al-A‘yun. Sementara siyāq merupakan indikator yang dipakai dalam menetapkan makna yang dikehendaki oleh mutakallim, pernah menjadi concern Ibn Daqīq al-Id dalam karyanya Iḥkām al-Aḥkām.

 

Kelebihan atau keunggulan artikel ini direkomendasikan untuk para pembaca karena

                Jurnal ini memiliki kelebihan pada hasilnya banyak di berikan gambaran atau contoh sehingga membuat pembaca lebih mudah memahami hasil dari review tersebut.

Kesimpulan yang dibuat sudah terperinci dan dipaparkan secara jelas.

Prosedur penelitian disusun dengan teratur,sehingga mudah untuk dipahami.

 

Penutup

 

Pada era klasik di antara kajian yang menjadi konsentrasi para tokoh pengkaji Al-Qur’an adalah pemahaman makna Al-Qur’an dengan pendekatan linguistik Arab lebih spesifik lagi mereka mencurahkan perhatian pada gramatika bahasa Arab untuk mendapatkan pemahaman makna ayat.

Kajian stilistika Al-Qur’an dalam teori makna ini juga dikuatkan al-jahiz dan al-jurjani dalam karya mereka masing-masing.

Sedangkan teori makna yang terakhir juga dapat ditemukan dalam kajian semantik kajian ini dianggap sebagai metode ideal dalam menyikapi makna bahasa Al-Qur’an.

 

Daftar Pustaka

 

File:///C:/Users/User/Downloads/5631-20989-1-PB.pdf

 

 

Poin-poin yang diperbaiki dari review sebelumnya:

·         Tiada respon  tentang hasil dari review jurnal tersebut

·         Tiada saran untuk penelitian selanjutnya.

·         Jurnal ini memiliki kekaburan makna sehingga membuat pembaca sedikit bingung dan kurang lengkapnya pembahasan.

Komentar